Rabu, 25 Mei 2016

Diabetes dan Kehamilan Anda

Anda sedang hamil? Apakah Anda memiliki riwayat diabetes pada keluarga maupun riwayat diabetes pada kehamilan sebelumnya? Nah, Anda perlu berhati-hati dengan diabetes gestasional. Pasalnya, wanita yang sedang hamil sangat berisiko terkena diabetes gestasional yang merupakan salah satu komplikasi dari kehamilan. Walaupun sebelumnya Anda tak pernah menderita diabetes, namun kemungkinan untuk terkena gestasional tetap ada selama kehamilan. 

Diabetes gestasional sendiri merupakan salah satu bagian dari diabetes mellitus yang hanya terjadi selama kehamilan, dan normalnya akan pulih atau hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Selama kehamilan, Anda harus banyak mencari tahu bagaimana menjalani kehamilan dengan diabetes gestasional. Pasalnya, jika Anda tidak mendapati tips sehat selama kehamilan maka kemungkinan terkena berbagai komplikasi akibat diabetes akan semakin besar. 

Dengan tips dan berbagai masukan yang Anda punya, Anda dapat mengontrol gula darah selama kehamilan. Dengan begitu kemungkinan mengalami preeklampsia, tekanan darah tinggi, cesar, bayi terlalu besar, dan efek kesehatan jangka panjang lainnya akan semakin berkurang. Selain itu, Anda perlu mengikuti beberapa anjuran yang harus Anda hindari selama kehamilan.

Berikut Do & Dont untuk kehamilan nyaman bagi penderita diabetes gestasional:
  • Do: Periksa gula darah secara teratur
Untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat diabetes gestasional, pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah setelah makan sebaiknya dilakukan untuk langkah penapisan awal. Pada kondisi normal, gula darah puasa pada kehamilan sebaiknya tidak melebih 95 mg/dL; sedangkan kadar gula darah 2 jam setelah makan harus dipertahankan kurang dari 130 mg/dL.
  • Do: Konsumsi karbohidrat
Karbohidrat merupakan bagian terpenting dari diabetes Anda, karena karbohidrat merupakan bahan bakar bagi tubuh Anda. “Rata-rata orang membutuhkan 135 gr karbohidrat setiap hari, namun jika Anda menderita diabetes gestasional, maka kebutuhan tersebut akan meningkat menjadi 175gr/hari,” ujar ahli diet dan pengajar diabetes bersertifikat di Methodist Charlton Medical Center Diabetes Self-Management Program, Dallas. Selain itu hormon-hormon yang diproduksi selama kehamilan akan mempersulit kendali gula darah, sehingga Anda lebih dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat dengan proporsi merata pada saat makan siang dan makan malam Anda. Makanan tinggi serat dan rendah glikemik akan sangat bermanfaat bagi pengendalian kadar gula darah sekaligus membantu Anda mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Makanan yang mengandung karbohidrat antara lain biji-bijian, buah-buahan, sayuran, dan produk susu.
  • Don’t: Jangan mengonsumsi minuman manis
Hindari atau hentkan mengonsumsi minuman manis. Jika Anda ingin mengonsumsi jus buah, jangan menggunakan gula tambahan. Mengonsumsi air putih adalah cara terbaik dalam mengontrol gula darah, namun susu rendah lemak pun bisa menjadi cara terbaik pengganti minuman manis.
  • Do: Lakukan olahraga secara rutin
Aktivitas fisik atau olahraga secara teratur umumnya sangat dianjurkan untuk ibu hamil, walaupun tanpa diabetes. Namun, jika Anda mengalami diabetes gestasional, maka olahraga secara teratur sangat diharuskan. Pasalnya, olahrgaa secara teratur sangat bermanfaat menjaga kessehatan tubuh secara keseluruhan dan dapat membantu untuk  menginkatkan metabolisme glukosa. Olahraga yang bisa Anda lakukan selama kehamilan antara lain berenang, aerobik air, ataupun yoga.
  • Do: Tidur secara teratur
Penelitian yang dipublikasikan oleh BMC Women’s Health menunjukan bahwa adanya korelasi yang  kuat antara kurang tidur dengan risiko diabetes gestasional. Selain itu, mendengkur pun berhubungan dengan kontrol gula darah yang buruk pada penderita diabetes gestasional.

Pemanis Buatan Memicu Diabetes dan Bikin Gemuk

Pemanis buatan sukralosa mampu mengubah respons insulin di dalam tubuh, demikian laporan para peneliti di Washington University School of Medicine dalam jurnal Diabetes Care.

Penelitian ini melibatkan 17 orang yang sangat gemuk dan tidak sering mengonsumsi pemanis buatan  dan tidak didiagnosa dengan diabetes.Peserta penelitian memiliki rata-rata indeks massa tubuh sekitar 42, atau 12 poin di atas ambang obesitas.

Para relawan diminta meminum air putih lalu mengonsumsi glukosa, setelah itu minum minuman yang mengandung sukralosa kemudian mengonsumsi glukosa lagi. Kemudian, para peneliti memeriksa kadar glukosa di dalam darah mereka. Para peneliti ingin mengetahui apakah tingkat insulin atau gula darah dipengaruhi oleh kombinasi dari sukralosa dan glukosa, atau tidak. 

Namun, perlu dicatat bahwa pemanis buatan tidak selalu membantu program diet. Penelitian sebelumnya oleh para ilmuwan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mengonsumsi pemanis buatan bisa membuat orang menjadi gemuk. Percobaan pada tikus laboratorium menunjukkan bahwa mereka yang makan makanan yang mengandung  pemanis buatan, ternyata cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori daripada rekan-rekan mereka yang makanan manis dengan gula biasa.

Masing-masing peserta diuji dua kali. Pertama kali saat mereka minum air diikuti oleh glukosa,  kemudian setelah minum sukralosa diikuti oleh glukosa.

Pepino berkomentar, "Ketika peserta penelitian minum sukralosa, gula darah naik lebih tinggi daripada ketika mereka hanya minum air dan glukosa. Kadar insulin juga naik sekitar 20 persen lebih tinggi. Jadi bisa disimpulkan, pemanis buatan dapat membuat kadar insulin dan respon glukosa meningkat." 
Menurut Pepino, jika kadar insulin seseorang terus-menerus berada pada level yang tinggi, risiko  diabetes tipe-2 juga ikut naik.

Pemanis sukralosa bereaksi dengan reseptor pada lidah, membuat otak orang yang mengonsumsinya berpikir bahwa mereka memakan sesuatu yang manis - meskipun pemanis buatan itu tidak mengandung kalori.
Para peneliti mengatakan bahwa saluran pencernaan dan pankreas mampu mendeteksi makanan dan minuman manis dan menanggapinya dengan melepaskan hormon, seperti insulin.

Temuan ini menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat memengaruhi metabolisme, bahkan jika Anda mengonsumsinya dalam  dosis yang sangat rendah.Namun demikian, para peneliti belum sepenuhnya memahami mekanisme bagaimana sukralosa memegaruhi glukosa dan insulin pada orang-orang obesitas.


Pepino menyimpulkan, "Meskipun kami menemukan bahwa sukralosa dapat memengaruhi respon glukosa dan insuli, kita tidak tahu mekanismenya seperti apa.  Kami telah menunjukkan bahwa sukralosa  memiliki efek tertentu. Pada orang gemuk tanpa diabetes, kami telah menunjukkan bahwa mengonsumsi sukralosa adalah lebih dari sekadar memasukkan sesuatu yang manis ke dalam mulut Anda  tanpa konsekuensi lainnya."Dia juga menambahkan, "Apakah temuan ini bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, masih belum diketahui. Kami menekankan perlunya penelitian lebih lanjut. Apakah  efek akut dari sukralosa akan memengaruhi cara kerja tubuh dalam merespon masuknya gula dalam jangka panjang? Itu adalah sesuatu yang kita perlu tahu."

Resiko Diabetes dan Batu Ginjal Meningkat Karena Asam Urat

Tingginya asam urat adalah sesuatu yang sangat tidak diinginkan oeh siapapun. Maklum saja, kala kadar asam urat tinggi, persendian akan terasa sangat nyeri. Di dalam istilah medis, gangguan kesehatan ini disebut pnyakit out atau pirai. 

"Orang dengan penyakit gout harus menjaga kadar asam uratnya tetap terkontrol walau mereka tidak sedang  mengalami gejala gangguan rematik yang menyakitkan," kata Eric Matteson, MD, MPH, kepala bagian reumatologiMayo Clinic di Rochester, Minn.

Studi baru menunjukkan bahwa tingginya kadar asam urat dalam darah berhubungan dengan hampir 20% peningkatan risiko diabetes dan lebih dari 40% kasus peningkatan risiko penyakit ginjal.

Asam urat adalah  hasil metabolisme yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat  karena pada setiap metabolisme normal pasti menghasilkan asam urat. 

Pemicu tingginya kadar asam urat adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen.

Dalam studi, para peneliti mengevaluasi catatan mengenai 2.000 pria dengan penyakit gout  dari database Veterans Administration database. Di awal studi, tidak ada dari mereka yang menderita penyakit ginjal atau diabetes sebelumnya. 

Eswar Krishnan, MD, asisten profesor reumatologi di  Stanford University, mempresentasikan penemuannya pada acara tahunan  American College of Rheumatology. Krishnan adalah konsultan untuk Takeda Pharmaceuticals International, yang membuat obat untuk penyakit gout dan mendanai studi.
Setelah tiga tahun evaluasi, sembilan persen pria dengan gout yang kadar asam uratnya tidak terkontrol ditemukan menderita penyakit diabetes. Sedangkan yang kadar asam uratnya terkontrol, hanya enam persen yang menderita diabetes. 

Setelah memperhitungkan faktor risiko lain untuk diabetes, jumlah responden yang berisiko tinggi diabetes naik menjadi 19 persen pada mereka dengan  kadar asam urat yang tidak terkontrol.
Kadar asam urat dianggap tidak terkontrol jika menunjukkan skala pengukuran di angka tujuh.
Studi kedua yang dilakukan dengan menggunakan database yang sama menunjukkan, pria dengan penyakit gout yang asam uratnya tidak terkontrol memiliki risiko menderita batu ginjal 40 persen lebih tinggi dari mereka yang asam uratnya terkontrol. 

Kadar asam urat bisa dikontrol dengan pola makan sehat dan obat-obatan. Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam urat adalah alkohol, ikan hearing atau sarden, telur, dan jeroan. Yang tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapat dalam perut hewan --seperti hati, jantung, babat, dan limfa.

Yang terpenting adalah menjaga berat badan tetap normal, kata Matteson lagi. Obesitas adalah faktor risiko semua gangguan kesehatan tersebut.

Studi-studi ini belum menunjukkan bahwa  asam urat tidak terkontrol adalah penyebab gangguan-gangguan kesehatan tersebut tapi menunjukkan ada hubungan yang erat antara kadar asam urat tinggi dengan diabetes dan batu ginjal. 

"Gout adalah penyakit yang sering diabaikan," kata Matteson. "Sekarang kita menemukan bahwa asam urat tinggi ada hubungannya dengan peningkatan risiko serangan jantung, sindrom metabolik, diabetes, bahkan kematian akibat penyakit kardiovaskular meski sebelumnya Anda tidak menderita penyakit gout," kata Matteson.

Kurang Tidur Sebabkan Diabetes

Kebiasaan tidur larut dan bangun di pagi buta sehingga hanya menyisakan waktu tidur di bawah waktu tidur normal yang minimal 7 jam ternyata sudah terbukti memiliki pengaruh terhadap kadar gula darah orang yang melakukannya. Direktur dari Stark Diabetes Center di University of Texas Medical Branch di Galveston bernama Lynn Maarouf, RD melakukan observasi pada beberapa pasiennya yang memiliki keluhan gula darah yang tinggi, dan semuanya sama-sama memiliki kebiasaan tidur yang tidak normal. Tidak hanya kebiasaan kurang tidur yang dapat memicu kenaikan gula darah yang dapat menyebabkan diabetes, gejala diabetes tahap awal saja sudah mampu membuat penderitanya kehilangan jam-jam tidur karena harus terbangun untuk buang air kecil berkali-kali dalam semalam.

Kebiasaan kurang tidur akan membuat orang merasa mudah lelah dan energi tubuh tidak cukup untuk menyuplai aktivitas sehari-hari. Untuk mengatasinya, tubuh lalu akan merasakan keinginan untuk mengonsumsi makanan yang memberikan energi instan, yang biasanya mengandung gula dan dapat langsung meningkatkan level gula darah. Padahal, untuk menjaga gula darah, jadwal makan harus tetap terjaga dan dibiasakan teratur disertai dengan waktu tidur yang cukup. Dengan kadar gula yang terkontrol, tidur Anda juga akan menjadi lebih berkualitas dan bangun dengan energi yang siap dipakai.

Pada saat tubuh kekurangan waktu tidur, tubuh akan merespons dengan menimbulkan reaksi yang menyerupai reaksi resistansi terhadap insulin, yang merupakan gejala awal diabetes. Insulin memiliki fungsi untuk membantu tubuh menggunakan glukosa sebagai sumber energi, dan saat terjadi resistansi, sel-sel akan mengalami kegagalan menggunakan hormon ini secara efisien, mengakibatkan tingginya kadar gula dalam darah dan lama-kelamaan menyebabkan diabetes yang merusak mata, ginjal, saraf atau jantung. Terlebih lagi, rutinitas tidur yang terganggu dapat membuat tubuh kekurangan energi, kelelahan dan memicu penumpukan gula sebagai asupan energi yang berbahaya. Rasa lelah ini kemudian juga akan memicu terjadinya penurunan jumlah insulin.

Tidak hanya itu, orang-orang yang kekurangan jam tidur biasanya akan sangat mudah mengalami kenaikan berat badan yang akhirnya menuntun pada terjadinya diabetes. Pada mereka yang sudah mengalami kondisi kelebihan berat badan, tidak jarang tidur juga akan terganggu karena adanya kondisi sleep apnea atau kondisi mendengkur nyaring serta terhentinya napas saat sedang tidur. 

Pada dasarnya, tidak ada formula pasti mengenai berapa lama sebaiknya seseorang tidur dan beristirahat total karena tubuh masing-masing orang berbeda. Dalam rata-rata kadar normal untuk tidur, diperlukan 7.5 jam per malam untuk tubuh merasa cukup istirahat dan kembali segar untuk beraktivitas saat terbangun. Meski demikian, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor-faktor lainnya. Karena perbedaan ini, satu orang bisa memerlukan tidur setidaknya 10 sampai 11 jam, atau bahkan sudah cukup sedar hanya dengan tidur selama 4 jam. 

Untuk mendeteksi apakah Anda saat ini termasuk kurang tidur, maka Anda dapat mengecek efektivitas penggunaan alarm Anda di pagi hari. Semakin Anda tergantung pada alarm untuk membangunkan Anda, maka semakin tubuh Anda saat ini sedang membutuhkan lebih banyak jam istirahat. Tubuh yang cukup beristirahat dan tidak kurang tidur akan mampu dibangunkan oleh otak bahkan sebelum alarm berbunyi.

Dokter Diabetes: Software Deteksi Diabetes

Diabetes merupakan salah satu penyakit dengan pertumbuhan paling pesat dengan penderita terbanyak dari penduduk negara berkembang. Berdasarkan data yang dihimpun oleh International Diabetes Federation atau IDF di tahun 2013, negara Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia sebagai negara dengan jumlah penyandang diabetes terbanyak, dengan jumlah penyandang dewasa sebanyak 8,5 juta kasus.
Kepedulian terhadap tingginya angka penderita diabetes membuat kebutuhan akan makanan selingan sehat cukup tinggi, hal ini sesuai dengan konsep dari pola konsumsi yang harus diterapkan oleh diabetesi (3 kali makan besar, 2 kali makan selingan).

Konsultasi dokter pada aplikasi Dokter Diaebtes dapat dilakukan secara online di mana dokter yang terkait dapat menjawab langsung pertanyaan dari pengguna aplikasi melalui fitur Live Chat pada jam praktek yang sudah dijadwalkan. Banyak informasi yang bisa didapatkan di live chat ini, karena tema yang diberikan setiap harinya juga berbeda untuk setiap konsultant. Jika tidak sempat ikut konsultasi ketika live chat, jangan khawatir karena dokter diabetes masih bisa dijadikan tempat berbagi informasi tentang diabetes antara lain :

  • Diskusi diabetes, forum antar user yang bisa sharing tentang berbagai informasi mengenai diabetes.
  • Message me, konsultasi dg Dokter dalam keadaan offline, yang bisa tetap dibalas 1x24 jam (office hour, weekdays).
  • Diabetes buddy, ini adalah fitur dimana user dapat update informasi terbaru tentang diabetes. Salah satu diantaranya juga adalah resep untuk diabetes dan mitos dan fakta diabetes.
Tidak hanya itu saja, fitur unik lainnya yang akan membantu penderita diabetes dalam memonitor gula darahnya ada Check-up Record. Check-up Record memungkinkan pengguna aplikasi untuk mencatat :

  • Level gula darah atau level glukosa (Glucose Record)
  • Berat badan serta menghitung berat badan ideal (Weight Record)
  • Asupan dan kalori harian (Food Record) yang dikonsumsi.
Melalui fitur ini, rekam kesehatan pengguna selama dua bulan dapat tercatat rapi. Sehingga ketika konsultasi ke dokter secara langsung pun masih bisa ditunjukkan.

Secara keseluruhan, aplikasi Dokter Diabetes diharapkan dapat mencegah komplikasi diabetes lebih lanjut bagi para penderita penyakit diabetes, mencegah terkenanya diabetes bagi orang yang terbukti memiliki risiko tinggi terhadap diabetes, serta mengetahui sejauh mana risiko diabetes diderita oleh masyarakat umum.
Aplikasi Dokter Diabetes sudah diluncurkan sejak Juni 2014 lalu, dan hingga kini sudah didownload sebanyak lebih dari 49.000 orang. Download Dokter Diabetes versi Android sekarang dan hidup sehat kini ada dalam genggaman Anda.

Pilihan Makanan Untuk Kondisi Prediabetes

Seperti yang sudah pernah dibahas sebelumnya, prediabetes merupakan kondisi peringatan sebelum seseorang benar-benar menderita diabetes. Kondisi prediabetes sendiri ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah karena adanya resistensi terhadap insulin. Resistansi insulin ini merupakan gejala awal dari adanya diabetes tipe 2 pada para penderita kondisi prediabetes. 

Meski belum menjadi diabetes, namun kondisi prediabetes  perlu segera ditangani, karena ada kecenderungan perubahan menjadi diabetes dalam kurun waktu 10 tahun. Selain itu,  prediabetes juga meningkatkan risiko pasien untuk menderita penyakit jantung. Tindakan pencegahan dengan penyesuaian gaya hidup perlu dilakukan agar kelebihan berat badan maupun gula dalam darah dapat diturunkan hingga ke level normal. 

Berbagai faktor risiko yang memungkinan seseorang mengalami prediabetes adalah keturunan, kelebihan lemak tubuh serta kurang aktif bergerak. Pada kondisi prediabetes yang demikian, gula dari makanan mulai menumpuk di dalam aliran darah, karena insulin kehilangan kemampuan aslinya untuk memindahkan dan memproses gula ke dalam sel-sel di tubuh. Terlalu banyak makan karbohidrat akan meningkatkan gula darah dengan cepat. Dan pada tahapan pradiabetes, tubuh penderita akan mengalami kesulitan mendistribusikan gula darah secara merata. \

Jenis makanan yang perlu diwaspadai dan diatur konsumsinya oleh penderita pradiabetes adalah karbohidrat yang juga menjadi sumber kalori pemberi energi dan sumber kenaikan gula dalam darah. Memperhatikan indeks glikemik dari suatu makanan dapat memberitahukan pada penderita pradiabetes, hubungan antara karbohidrat dan peningkatan dalam gula darah. Indeks glikemik akan membantu penderita pradiabetes untuk menentukan jenis karbohidrat mana yang aman, yang dicerna tubuh secara perlahan dan dapat mencegah peningkatan gula darah secara tiba-tiba.

Meski sangat diperlukan untuk menjaga pola makan, indeks glikemik akan lebih sulit ditentukan apabila makanan yang dikonsumsi kemudian bercampur dengan jenis makanan lain. Sifat indeks glikemik yang berubah-ubah kadang dapat menjadi tantangan tersendiri bagi para penderita prediabetes untuk menaatinya. Berikut ini cara mengetahui indeks glisemik pada makanan yang dikonsumsi:
  1. Indeks glikemik tinggi dengan angka indeks di atas 70
  2. Indeks glikemik medium dengan angka indeks di antara 56 dan 69
  3. Indeks glikemik rendah dangan angka indeks dimulai dari 55 ke bawah
Makanan yang tergolong ke dalam kategori tinggi indeks glikemik tinggi merupakan jenis karbohidrat yang paling cepat dicerna dan tidak baik bagi pemilik kondisi prediabates. Contoh jenis makanan berindeks glikemik tinggi yang harus dibatasi konsumsinya adalah roti dari tepung putih, kentang dan nasi putih. Dari semua kategori indeks glikemik, jenis terbaik tentu adalah makanan berindeks glikemik rendah seperti roti gandum, nasi merah, oats yang masih kasar (bukan yang instan), sayuran tanpa kandungan zat tepung macam wortel dan sayuran ladang, kacang-kacangan, ubi jalar, jagung dan pasta yang terbuat dari gandum.

Untuk memastikan apakah makanan yang dibeli merupakan jenis makanan rendah kadar glikemik atau bukan, selalu lihat pada bagian informasi nutrisi. Kandungan serat yang tinggi biasanya menandakan adanya kadar glisemik yang lebih rendah. Hindari makanan olahan karena kadar indeks glikemik yang tinggi, begitu pula dengan jenis makanan yang mengandung banyak lemak tersaturasi.

Selain mengawasi kadar indeks glisemik, usahakan juga untuk selalu melakukan kontrol terhadap porsi makan. Meskipun jenis makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang rendah kadar indeks glisemiknya, jika porsi makanan tetap banyak, maka gula darah juga akan mengalami peningkatan.

Yoghurt Mencegah Diabetes Dan Obesitas

Gula yang manis bila dikonsumsi secara berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Karena itu kita harus membatasi gula yang masuk ke dalam tubuh setiap hari. Para ahli nutrisi menganjurkan takaran gula sekitar  25-50 gram atau setara dengan 6-12 sendok teh (2 sendok makan).

Kelebihan gula bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, dari mulai obesitas, merusak jantung, menimbulkan jerawat hingga meningkatkan risiko diabetes.  

Diabetes adalah penyakit yang mempengaruhi kadar gula darah seseorang. Penderita diabetes semakin banyak karena pola makan yang buruk, seperti mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi gula. Untuk mencegah hal ini, Anda bisa mengubah pola makan menjadi lebih sehat, salah satunya dengan mulai mengonsumsi yogurt. 

Konsumsi porsi kecil yogurt setiap hari dapat menjauhkan diabetes, demikian dinyatakan harian Independent di Inggris. Pernyataan ini didapat dari hasil studi ilmiah di Amerika Serikat yang melibatkan 100 ribu relawan. Tim peneliti mengamati kebiasaan makan harian dan menghubungkannya dengan kemungkinan timbulnya gejala diabetes tipe-2. Hasilnya, risiko diabetes tipe-2 turun sebanyak 18% pada  relawan yang mengonsumsi satu porsi yogurt setiap hari (244 gram).

Penelitian ini masih perlu dilanjutkan karena masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Belum diketahui jenis yogurt apa yang dikonsumsi relawan, apakah jenis rendah lemak, apakah plain atau yogurt dengan perasa, apakah yogurt disantap bersama makanan lain atau tidak, dan lain sebagainya. Hingga saat ini, anjuran untuk mencegah diabetes tipe-2 masih sama, yaitu terapkan pola makan sehat, olahraga rutin dan batasi konsumsi gula.

Salah seorang peneliti senior yang terlibat dalam penelitian ini, Dr. Frank Hu, profesor bidang nutrisi dan epidemiologi Harvard School of Public Health, mengatakan kepada situs WebMD,”Yogurt bukan ilmu sihir yang dapat mencegah diabetes 100%. Tidak ada yang dapat menggantikan pola hidup sehat Penelitian ini adalah peringatan bahwa pola makan berpengaruh terhadap risiko diabetes terutama tipe-2.”
Para ilmuwan menduga, hubungan antara risiko diabetes dengan konsumsi yogurt terletak pada keberadaan bakteri baik (probiotik).  Probiotik dalam yogurt mengubah lingkungan usus dengan cara yang bermanfaat, membantu mengurangi peradangan dan meningkatkan produksi hormon penting untuk mengendalikan nafsu makan.

Studi sejenis juga pernah dilakukan oleh tim dari Medical Research Council dari University of Cambridge, Inggris  dan dimuat dalam jurnal Diabetologia seperti dikutip oleh situs Health Day. Dari hasil penelitian Cambridge, mereka yang rutin mengonsumsi yogurt mengalami penurunan risiko diabetes tipe-2 sebesar 28%. 

Dr. Nita Forouhi, ketua tim peneliti menjelaskan bahwa manfaat yang sama didapat pada relawan yang mengonsumsi makanan produk susu lainnya dan makanan berfermentasi seperti miso, kimchi dan tempe.
Bagi mereka yang makan sebagian besar makanan ini, risiko diabetes menyusut sebesar 24 persen. Risiko diabetes tipe-2 turun pada relawan yang minum 125 gram yogurt dalam seminggu. Hal ini juga berlaku untuk produk susu rendah lemak berfermentasi lainnya, keju cottage rendah lemak dan keju unripened rendah lemak.

Meski kedua penelitian ini belum final, para peneliti mengakui bahwa yogurt sangat layak dimasukkan ke dalam daftar makanan sehat. Apalagi selain bisa mencegah diabetes, yogurt juga bisa mencegah obesitas. Sebuah peneltiain menyebutkan bahwa orang yang minum soda dan jus buah-sumber utama gula, cenderung untuk mengonsumsi lebih banyak kalori dibanding mereka yang tidak. Mereka juga cenderung makan lebih sedikit makanan bergizi sehingga meningkatkan risiko obesitas. Meski begitu kadar gula dalam yogurt juga perlu diperhatikan. Karena tidak semua yogurt memiliki kadar gula yang rendah.